google search

Sabtu, 30 Oktober 2010

Atlantis ( Sebuah Misteri yang Abadi )

Mitos tentang Peradaban Atlantis pertama kali dicetuskan oleh seorang filsafat Yunani kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam buku Critias dan Timaeus

Dalam buku Timaeus Plato menceritakan bahwa dihadapan selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya,
di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.

Dibagian lain pada buku Critias adalah adik sepupu dari Critias mengisahkan tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon (639-559 SM).
Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis.

Garis besar kisah pada buku tersebut Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan
peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,
tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.

Jika dibaca dari sepenggal kisah diatas maka kita akan berpikiran bahwa Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah menjadikannya sebuah bangsa yang besar dan mempunyai kehidupan yang makmur.
Tapi kemudian saya mempunyai pertanyaan, apakah itu hanya sebuah cerita untuk pengantar tidur pada jamannya Plato atau memang Plato mempunyai bukti2 kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar pernah ada dalam kehidupan di bumi ini?

Terdapat beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan dan orang-orang dalam pencarian untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.

Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.

Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.

Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu
dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?

Awal tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?

Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?

Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda.
Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?

Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan
besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?

Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Sedangkan menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.

Ini ada lagi yang lebih unik dari Santos dan kawan-kawan tentang usaha untuk menguak misteri Atlantis. Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberikan kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan Inggrid Bennette.

Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan
Dalam kehidupan sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang berpengetahuan luas, dipromosikan sebagai kepala energi wanita “Pelindung Kristal” (setara dengan seorang kepala pabrik pembangkit listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya pada sebuah ruang luas yang bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir dan batu tembok, di tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di atas alas dasar hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota. Tugas saya melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati, memahami jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini adalah sebuah instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang lelaki yang cerdas dan pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung lainnya wanita.

Rambut saya panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas, persis seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli penata rambut, ini adalah sebagian pekerjaan rutin. Filsafat yang diyakini orang Atlantis adalah bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”, oleh karena itu sangat memperhatikan kebersihan tubuh dan cara berbusana, ini merupakan hal yang utama dalam kehidupan. Saya mengenakan baju panjang tembus pandang, menggunakan daun pita emas yang diikat di pinggang belakang setelah disilang di depan dada. Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi, sebagian tidak, semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti pakaian seragam, namun di masa itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita. Ada juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama, mereka mengenakan pakaian yang berwarna karena bertujuan untuk pengobatan. Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh, warna yang spesifik memiliki fungsi pengobatan.

Berkomunikasi dengan Hewan
Saya sering pergi mendengarkan nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di sebuah tempat yang dibangun khusus untuk mereka. Sebuah area danau besar yang indah, mempunyai undakan raksasa yang menembus ke tengah danau. Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah, sedangkan area danau dihubungkan dengan laut melalui terusan besar. Di siang hari lumba-lumba berenang di sana, bermain-main, setelah malam tiba kembali ke lautan luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah tempat yang sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib dan penasihat kami. Mereka sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan serta keharmonisan masyarakat kami. Hanya sedikit orang pergi mendengarkan bahasa intelek lumba-lumba. Saya sering berenang bersama mereka, mengelus mereka, bermain-main dengan mereka, serta mendengarkan nasihat mereka. Kami sering bertukar pikiran melalui telepati. Energi mereka membuat saya penuh vitalitas sekaligus memberiku kekuatan. Saya dapat berjalan-jalan sesuai keinginan hati, misalnya jika saya ingin pergi ke padang luas yang jauh jaraknya, saya memejamkan mata dan memusatkan pikiran pada tempat tersebut. Akan ada suatu suara “wuung” yang ringan, saya membuka mata, maka saya sudah berada di tempat itu.

Saya paling suka bersama dengan Unicorn (kuda terbang). Mereka sama seperti kuda makan rumput di padang belantara. Unicorn memiliki sebuah tanduk di atas kepalanya, sama seperti ikan lumba-lumba, kami kontak lewat hubungan telepati. Secara relatif, pikiran Unicorn sangat polos. Kami acap kali bertukar pikiran, misalnya, “Aku ingin berlari cepat”. Unicorn akan menjawab: “Baiklah”. Kita lari bersama, rambut kami berterbangan tertiup angin. Jiwa mereka begitu tenang, damai menimbulkan rasa hormat. Unicorn tidak pernah melukai siapa pun, apalagi mempunyai pikiran atau maksud jahat, ketika menemui tantangan sekalipun akan tetap demikian.

Saya sering kali merasa sedih pada orang zaman sekarang, sebab sama sekali tidak percaya dengan keberadaan hewan ini, ada seorang pembina jiwa mengatakan kepadaku: “Saat ketika kondisi dunia kembali pada keseimbangan dan keharmonisan, semua orang saling menerima, saling mencintai, saat itu Unicorn akan kembali”.

Lingkungan yang Indah Permai
Di timur laut Atlantis terdapat sebidang padang rumput yang sangat luas. Padang rumput ini menyebarkan aroma wangi yang lembut, dan saya suka duduk bermeditasi di sana. Aromanya begitu hangat. Kegunaan dari bunga segar sangat banyak, maka ditanam secara luas. Misalnya, bunga yang berwarna biru dan putih ditanam bersama, ini bukan saja sangat menggoda secara visual, sangat dibutuhkan buat efektivitas getaran. Padang rumput ini dirawat oleh orang yang mendapat latihan khusus dan berkualitas tinggi serta kaya pengetahuan. “Ahli ramuan” mulai merawat mereka sejak tunas, kemudian memetik dan mengekstrak sari pati kehidupannya.

Di lingkungan kerja di Atlantis, jarang ada yang berposisi rendah. Serendah apa pun pekerjaannya, tetap dipandang sebagai anggota penting di dalam masyarakat kami. Masyarakat terbiasa dengan menghormati dan memuji kemampuan orang lain. Yang menanam buah, sayur-mayur, dan penanam jenis kacang-kacangan juga hidup di timur laut. Sebagian besar adalah ahli botani, ahli gizi dan pakar makanan lainnya. Mereka bertanggung jawab menyediakan makanan bagi segenap peradaban kami.

Sebagian besar orang ditetapkan sebagai pekerja fisik, misalnya tukang kebun dan tukang bangunan. Hal itu akan membuat kondisi tubuh mereka tetap stabil. Sebagian kecil dari mereka mempunyai kecerdasan, pengaturan pekerjaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan mereka. Orang Atlantis menganggap, bahwa pekerjaan fisik lebih bermanfaat, ini membuat emosi (perasaan) mereka mendapat keseimbangan, marah dan suasana hati saat depresi dapat diarahkan secara konstruktif, lagi pula tubuh manusia terlahir untuk pekerjaan fisik, hal tersebut telah dibuktikan. Namun, selalu ada pengecualian, misalnya lelaki yang kewanitaan atau sebaliknya, pada akhirnya, orang pintar akan membimbing orang-orang ini bekerja yang sesuai dengan kondisi mereka. Setiap orang akan menuju ke kecerdasan, berperan sebagai tokoh sendiri, semua ini merupakan hal yang paling mendasar.

Seluruh kehidupan Atlantis merupakan himpunan keharmonisan yang tak terikat secara universal bagi tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan sayur-mayur. Setiap orang merupakan partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa pengabdian mereka sangat dibutuhkan. Di Atlantis tidak ada sistem keuangan, hanya ada aktivitas perdagangan. Kami tidak pernah membawa dompet atau kunci dan sejenisnya. Jarang ada keserakahan atau kedengkian, yang ada hanya kebulatan tekad.

Teknologi yang Tinggi
Di Atlantis ada sarana terbang yang modelnya mirip “piring terbang” (UFO), mereka menggunakan medan magnet mengendalikan energi perputaran dan pendaratan, sarana hubungan jenis ini biasa digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Perjalanan jarak pendek hanya menggunakan katrol yang dapat ditumpangi dua orang. Ia mempunyai sebuah mesin yang mirip seperti kapal hidrofoil, prinsip kerja sama dengan alat terbang, juga menggunakan medan energi magnet. Yang lainnya seperti makanan, komoditi rumah tangga atau barang-barang yang berukuran besar, diangkut dengan cara yang sama menggunakan alat angkut besar yang disebut “Subbers.”

Atlantis adalah sebuah peradaban yang sangat besar, kami berkomunikasi menggunakan kapal untuk menyiarkan berita ke berbagai daerah. Sebagian besar informasi diterima oleh “orang pintar” melalui respons batin, mereka memiliki kemampuan menerima dengan cara yang istimewa, ini mirip dengan stasiun satelit penerima, dan sangat akurat. Maka, pekerjaan mereka adalah duduk dan menerima informasi yang disalurkan dari tempat lain. Sebenarnya, dalam pekerjaan, cara saya mengoperasikan kristal besar, juga dikerjakan melalui hati.

Pengobatan yang Maju
Dalam peradaban ini, tidak ada penyakit yang parah. Metode pengobatan yang digunakan, semuanya menggunakan kristal, warna, musik, wewangian dan paduan ramuan, dengan mengembangkan efektivitas pengobatan secara keseluruhan.

Pusat pengobatan adalah sebuah tempat yang banyak kamarnya. Saat penderita masuk, sebuah warna akan dicatat di tembok. Lalu pasien diarahkan ke sebuah kamar khusus untuk menentukan pengobatan. Di kamar pertama, asisten yang terlatih baik dan berpengetahuan luas tentang pengobatan akan mendeteksi frekwensi getaran pada tubuh pasien. Informasi dialihkan ke kamar lainnya. Di kamar tersebut, sang pasien akan berbaring di atas granit yang datar, sedangkan asisten lainnya akan mengatur rancangan pengobatan yang sesuai untuk pasien.

Setelah itu, kamar akan dipenuhi musik terapi, kristal khusus akan diletakkan di pasien. Seluruh kamar penuh dengan wewangian yang lembut, terakhir akan tampak sebuah warna. Selanjutnya, pasien diminta merenung, agar energi pengobatan meresap ke dalam tubuh. Dengan demikian, semua indera yang ada akan sehat kembali, “warna” menyembuhkan indera penglihatan, “aroma tumbuh-tumbuhan” menyembuhkan indera penciuman, “musik yang merdu” menyembuhkan indera pendengaran, dan terakhir, “air murni” menyembuhkan indera perasa. Saat meditasi selesai, harus minum air dari tabung. Energinya sangat besar, bagaikan seberkas sinar, menyinari tubuh dari atas hingga ke bawah. Seluruh tubuh bagai telah terpenuhi. Teknik pengobatan selalu berkaitan dengan “medan magnet” dan “energi matahari” , sekaligus merupakan pengobatan secara fisik dan kejiwaan.

Pendidikan Anak yang Ketat
Saat bayi masih dalam kandungan, sudah diberikan suara, musik serta bimbingan kecerdasan pada zaman itu. Semasa dalam kandungan, “orang pintar” akan memberikan pengarahan kepada orang tua sang calon anak. Sejak sang bayi lahir, orang tua merawat dan mendidiknya di rumah, menyayangi dan mencintai anak mereka. Di siang hari, anak-anak akan dititipkan di tempat penitipan anak, mendengar musik di sana, melihat getaran warna dan cerita-cerita yang berhubungan dengan cara berpikiran positif dan kisah bertema filosofis.

Pusat pendidikan anak, terdapat di setiap tempat. Anak-anak dididik untuk menjadi makhluk hidup yang memiliki inteligensi sempurna. Belajar membuka pikiran, agar jasmani dan rohani mereka bisa bekerja sama. Di tahap perkembangan anak, orang pintar memegang peranan yang sangat besar, pendidik mempunyai posisi terhormat dalam masyarakat Atlantis, biasanya baru bisa diperoleh ketika usia mencapai 60-120 tahun, tergantung pertumbuhan inteligensi. Dan merupakan tugas yang didambakan setiap orang.

Di seluruh wilayah, setiap orang menerima pendidikan sejak usia 3 tahun. Mereka menerima pendidikan di dalam gedung bertingkat. Di depan gedung sekolah terdapat lambang pelangi, pelangi adalah lambang pusat bimbingan. Pelajaran utamanya adalah mendengar dan melihat. Sang murid santai berbaring atau duduk, sehingga ruas tulang belakang tidak mengalami tekanan. Metode lainnya adalah merenung, mata ditutup dengan perisai mata, dalam perisai mata ditayangkan berbagai macam warna. Pada kondisi merenung, metode visualisasi seperti ini sangat efektif. Bersamaan itu juga diberi pita kaset bawah sadar. Saat tubuh dan otak dalam keadaan rileks, pengetahuan mengalir masuk ke bagian memori otak besar. Ini merupakan salah satu metode belajar yang paling efektif, sebab ia telah menutup semua jalur informasi yang dapat mengalihkan perhatian. “Orang pintar” membimbing si murid, tergantung tingkat kemampuan menyerap sang anak, dan memudahkan melihat bakat tertentu yang dimilikinya. Dengan begini, setiap anak memiliki kesempatan yang sama mengembangkan potensinya.

Pemikiran maju yang positif dan frekwensi getaran merupakan kunci utama dalam masa belajar dan meningkatkan/mendorong wawasan sanubari terbuka. Semakin tinggi tingkat frekwensi getaran pada otak, maka frekwensi getaran pada jiwa semakin tinggi. Semakin positif kesadaran inheren, maka semakin mencerminkan kesadaran ekstrinsik maupun kesadaran terpendam. Ketika keduanya serasi, akan membuka wawasan dunia yang positif: Jika keduanya tidak serasi, maka orang akan hanyut pada keserakahan dan kekuasaan. Bagi orang Atlantis, mengendalikan daya pikir orang lain adalah cara hidup yang tak beradab, dan ini tidak dibenarkan.

Dalam buku sejarah kami, kami pernah merasa tidak aman dan tenang. Karakter leluhur kami yang tak beradab masih saja mempengaruhi masyarakat kami waktu itu. Misalnya, memilih binatang untuk percobaan. Namun, kaidah inteligensi dengan keras melarang mencampuri kehidupan orang lain. Meskipun kita tahu ada risikonya, namun kita tidak boleh memaksa atau menghukum orang lain, sebab setiap orang harus bertanggung jawab atas perkembangan sanubarinya sendiri. Pada masyarakat itu, rasa tidak aman adalah demi untuk mendapatkan keamanan. Filsafat seperti ini sangat baik, dan sangat dihormati orang-orang ketika itu, ia adalah pelindung kami.

Kiamat yang Melanda Atlantis
Saya tidak bersuami. Pada waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan perkawinan. Jika Anda bermaksud mengikat seseorang, maka akan melaksanakan sebuah upacara pengikatan. Pengikatan tersebut sama sekali tidak ada efek hukum atau kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan pada perasaan hati. Kehidupan seks orang Atlantis sangat dinamis untuk mempertahankan kesehatan. Saya memutuskan hidup bersamanya berdasarkan kesan akan seks, inteligensi dan daya tarik. Di masa itu, seks merupakan sebuah bagian penting dalam kehidupan, seks sama pentingnya dengan makan atau tidur. Ini adalah bagian dari “keberadaan hidup secara keseluruhan”, lagi pula tubuh kami secara fisik tidak menampakkan usia kami, umumnya kami dapat hidup hingga berusia 200 tahun lamanya.

Ada juga yang orang berhubungan seks dengan hewan, atau dengan setengah manusia separuh hewan, misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala manusia. Di saat itu, orang Atlantis dapat mengadakan transplantasi kawin silang, demi keharmonisan manusia dan hewan pada alam, namun sebagian orang melupakan hal ini, titik tolak tujuan mereka adalah seks. Orang yang sadar mengetahui bahwa ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada masyarakat kami, orang-orang sangat cemas dan takut terhadap hal ini, tetapi tidak ada tindakan preventif. Ini sangat besar hubungannya dengan keyakinan kami, manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan seseorang tidak boleh mengganggu pertumbuhan inteligensi orang lain. Orang yang memilih hewan sebagai lawan main, biasanya kehilangan keseimbangan pada jiwanya, dan dianggap tidak matang.

Teknologi Maju yang Lalim
Pada masa kehidupan saya, kami tahu Atlantis telah sampai di pengujung ajal. Di antara kami ada sebagian orang yang tahu akan hal ini, namun, adalah sebagian besar orang sengaja mengabaikannya, atau tidak tertarik terhadap hal ini. Unsur materiil telah kehilangan keseimbangan. Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara dimurnikan, suhu udara disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai mengubah komposisi udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran Atlantis.

Empat unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling stabil. Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar hukum alam. Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka “mengalah” pada keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi bermaksud “mengendalikan” 4 unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah mengakibatkan kehancuran total. Mereka mengira dirinya di atas orang lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan, ingin mengendalikan unsur pokok dasar pada bintang tersebut.

Menjelang Hari Kiamat
Ramalan “kiamat” pernah beredar secara luas, namun hanya orang yang pintar dan yang mengikuti jalan spritual yang tahu penyebabnya. Akhir dari peradaban kami hanya disebabkan oleh segelintir manusia! Ramalan mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan muncul, semua orang mulai berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur akan hidup, mereka akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah Atlantis akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran, Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu saat-saat tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu lumba-lumba. Mereka memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat yang tenang, dan menjaga bola kristal, lumba-lumba memberitahu kami dapat pergi dengan aman ke barat.

Banyak orang meninggalkan Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi sampai ke Mesir, ada juga menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan kapal perahu, ke daratan baru yang tidak terdapat di peta. Daratan-daratan ini bukan merupakan bagian dari peradaban kami, oleh karena itu tidak dalam perlindungan kami. Banyak yang merasa kecewa dan meninggalkan kami, aktif mencari lingkungan yang maju dan aman. Oleh karenanya, Atlantis nyaris tidak ada pendatang. Namun, setelah perjalanan segelintir orang hingga ke daratan yang “aneh”, mereka kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya paling tidak telah memberi tahu kami pengetahuan tentang kehidupan di luar Atlantis.

Saya memilih tetap tinggal, memastikan kristal energi tidak mengalami kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu menyuplai energi ke kota. Saat beberapa pekan terakhir, kristal ditutup oleh pelindung transparan yang dibuat dari bahan khusus. Mungkin suatu saat nanti, ia akan ditemukan, dan digunakan sekali lagi untuk maksud baik. Saat kristal ditemukan, ia akan membuktikan peradaban Atlantis, sekaligus menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama beberapa abad.

Saya masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari terakhir, detik terakhir, bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung berapi, bencana kebakaran. Lempeng bumi saling bertabrakan dengan keras. Bumi sedang mengalami kehancuran, orang-orang di dalam atap lengkung bangunan kristal bersikap menyambut saat kedatangannya. Jiwa saya sangat tenang. Sebuah gedung berguncang keras. Saya ditarik seseorang ke atas tembok, kami saling berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di langit asap tebal bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur, kobaran api merah mewarnai langit. Ruang dalam rumah penuh dengan asap, kami sangat sesak. Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya terbang ke arah terang. Saya memandang ke bawah dan terlihat daratan sedang tenggelam. Air laut bergelora, menelan segalanya. Orang-orang lari ke segala penjuru, jika tidak ditelan air dahsyat pasti jatuh ke dalam kawah api. Saya mendengar dengan jelas suara jeritan. Bumi seperti sebuah cerek air raksasa yang mendidih, bagai seekor binatang buas yang kelaparan, menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut telah menenggelamkan daratan.

Sumber Kehancuran
Lewat ingatan Inggrid Benette, diketahui tingkat perkembangan teknologi bangsa Atlantis, berbeda sekali dengan peradaban kita sekarang, bahkan pengalamannya akan materiil berbeda dengan ilmu pengetahuan modern, sebaliknya mirip dengan ilmu pengetahuan Tiongkok kuno, berkembang dengan cara yang lain. Peradaban seperti ini jauh melampaui peradaban sekarang. Mendengarnya saja seperti membaca novel fiktif. Bandingkan dengan masa kini, kemampuan jiwa bangsa Atlantis sangat diperhatikan, bahkan mempunyai kemampuan supernormal, mampu berkomunikasi dengan hewan, yang diperhatikan orang sekarang adalah pintar dan berbakat, dicekoki berbagai pengetahuan, namun mengabaikan kekuatan dalam.

Bangsa Atlantis mementingkan “inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk mengembangkan seluruh potensi terpendam pada tubuh manusia, hal ini membuat peradaban mereka bisa berkembang pesat dalam jangka panjang dan penyebab utama tidak menimbulkan gejala ketidakseimbangan. Mengenai punahnya peradaban Atlantis, layak direnungkan orang sekarang. Plato menggambarkan kehancuran Atlantis dalam dialognya sebagai berikut:

“Hukum yang diterapkan Dewa Laut membuat rakyat Atlantis hidup bahagia, keadilan Dewa Laut mendapat penghormatan tinggi dari seluruh dunia, peraturan hukum diukir di sebuah tiang tembaga oleh raja-raja masa sebelumnya, tiang tembaga diletakkan di tengah di dalam pulau kuil Dewa Laut. Namun masyarakat Atlantis mulai bejat, mereka yang pernah memuja dewa palsu menjadi serakah, maunya hidup enak dan menolak kerja dengan hidup berfoya-foya dan serba mewah.”

Plato yang acap kali sedih terhadap sifat manusia mengatakan:
“Pikiran sekilas yang suci murni perlahan kehilangan warnanya, dan diselimuti oleh gelora nafsu iblis, maka orang-orang Atlantis yang layak menikmati keberuntungan besar itu mulai melakukan perbuatan tak senonoh, orang yang arif dapat melihat akhlak bangsa Atlantis yang makin hari makin merosot, kebajikan mereka yang alamiah perlahan-lahan hilang, tapi orang-orang awam yang buta itu malah dirasuki nafsu, tak dapat membedakan benar atau salah, masih tetap gembira, dikiranya semua atas karunia Tuhan.”

Hancurnya peradaban disebabkan oleh segelintir manusia, banyak yang tahu sebabnya, akan tetapi sebagian besar orang mengabaikannya, maka timbul kelongsoran besar, dalam akhlak dan tidak dapat tertolong. Maka, sejumlah kecil orang berbuat kesalahan tidak begitu menakutkan, yang menakutkan adalah ketika sebagian besar orang “mengabaikan kesalahan”, hingga “membiarkan perubahan” selanjutnya diam-diam “menyetujui kejahatan”, tidak dapat membedakan benar dan salah, kabar terhadap kesalahan mengakibatkan kesenjangan sifat manusia, moral masyarakat merosot dahsyat, mendorong peradaban ke jalan buntu.

Kita sebagai orang modern, dapatlah menjadikan sejarah sebagai cermin pelajaran, merenungi kembali ilmu yang kita kembangkan, yang mengenal kehidupan hanya berdasarkan pengenalan yang objektif terhadap dunia materi yang nyata, dan mengabaikan hakikat kehidupan dalam jiwa. Makna kehidupan sejati, berangsur menjadi bisnis memenuhi nafsu materiil, seperti ilmuwan Atlantis, segelintir orang tunduk pada keserakahan, tidak mempertahankan kebenaran, demi kekuasaan dan kemuliaan, mengembangkan teknologi yang salah, merusak lingkungan hidup. Apakah kita sedang berbuat kesalahan yang sama?

Rabu, 13 Oktober 2010

Symbol

Bintang Daud , Cincin Sulaiman atau Bintang Goloka?


Kali ini saya tidak melakukan penelusuran suatu Mitos atau Misteri, tapi hanya menampilkan simbol simbol Bintang Daud yang tersebar di dunia. Apakah kalian berpikir bahwa Israel saja yang memiliki simbol hexagram ini? tentu saja tidak, tapi dimana kita bisa melihat Bintang Daud lainnya?

Sab-kona, simbol Goloka, tempat tinggal Krisna


Sab-kona Bintang Goloka atau Goloka-Yantra, tercatat sejarah dalam Weda dan kebudayaan kuno lainnya, juga dipatri dalam peninggalan sejarah Kristen dan Islam, dan akhirnya di adopsi keyakinan Yahudi di abad ke-17 sebagai simbol populer Yudaisme.
Simbol yang menjadi bagian dari sejarah peradaban besar di dunia tanpa kecuali, Bintang Daud atau David Star kita menyebutnya. Tapi sebelum simbol ini muncul di dunia Barat, Bintang Daud disebut Sab Kona dan sudah ada di jantung spiritualitas di India.
Sab-Kona mendefinisikan sebuah bintang bersudut enam mewakili ruang suci. Dibangun dengan menggabungkan dua segitiga sempurna, segitiga yang menghadap keatas disebut Purusa dan yang menghadap kebawah disebut Prakarti.
Dalam literature Weda yang di tulis bahwa Sri Brahma Samhita tinggal di Goloka.
Sudarsana Sab-Kona
Baiklah, sekarang kita lihat dimana saja bisa kita temukan simbol Bintang Daud atau Sab Kona ini.

1.Sumeria
Museum Vorderasiatisches di Berlin menampilkan beberapa segel silinder dari abad 2500 SM, dihiasi dengan simbol langit yang menggambarkan bintang-bintang dengan enam, tujuh, delapan dan segi. Bintang-bintang muncul di sana dalam konteks astrologi atau dalam konteks astronomi. Di antaranya ada lingkaran dikelilingi oleh enam segitiga.

2.Assyria
Lihat disebelah kanan, klik gambar untuk lebih jelas. Black Obelisk' dari Shalamaneser III di Irak, obelisk ini di dirikan di kota Asiria, Nimrud sebagai monumen publik tahun 825 Sebelum Masehi pada waktu perang saudara.

3.Minos
Di Museum Heraklion di Kreta ada Piringan Phaestos kuno terbuat dari tanah liat dibakar. Piringan ini memiliki banyak ukiran. Salah satu ukirannya adalah lingkaran dengan enam titik dalam bentuk hexagram dengan titik ketujuh di tengah, bentuk Hexagram bisa kalian lihat jika menghubungkan titik titik itu dengan sebuah garis. Piringan ini berasal dari 1700 Sebelum Masehi.

4.Carthage atau Tunisia
Koin ini ditemukan di Carthage (modern: Tunisia di Afrika Utara) yang memiliki lambang hexagram disebut koin Fenisia dari abad ke 5 SM.

5.Jepang
The Crest Kagome dapat ditemukan di beberapa kuil Shinto tertua di Jepang berasal dari abad ke-5 SM. Di Kuil Utama Ise yang dibangun untuk Gedung Kekaisaran Jepang, simbol hexagram ini diukir pada semua lampu di sepanjang jalan menuju ke kuil.

6.Yunani
Berasal dari 560 SM, bisa dilihat di Metropolitan Museum of Art in New York yang menyimpan sebuah "Terracotta Drinking Cup" dari Yunani. Bentuk hexagram bisa juga dilihat jika menambahkan garis dari lengan , kaki, lengan dan lutut, kepala, lutut.

7.Sri Lanka
ditemukan di Kataragama di Srilanka, sebuah situs ziarah yang terkenal untuk kepercayaan Hindu dan Buddha. Ukiran ini dari abad ke-3 SM. Dengan huruf Tamil 'Om' di tengah bisa di lihat di Museum für Völkerkunde, Basel.

8.Israel
Capernaum
Beberapa Bintang David kuno telah ditemukan di Israel tetapi semua itu berasal dari masa sebelum agama Yahudi benar-benar mengadopsi simbol ini untuk mewakili keyakinan mereka. Hexagram juga ditemukan terukir pada guci guci Gibeon, Israel yang berasal dari akhir masa Kuil Pertama Kerajaan Israel , yaitu abad ke 6SM. Namun, arkeolog mengatakan bahwa bisa saja ini adalah salinan lambang Thasos dan Carthago dari Yunani yang berfungsi untuk menandai anggur. Hexagram lainnya telah ditemukan di Caperneum tapi itu mungkin milik kuil Romawi. Pada dinding sebuah kamar di Meggido juga ada ditemukan hexagram jika ditarik dengan garis dan berasal dari abad ke-8 SM.
Hisam Palace Israel
Hisam Palace,Yerikho memiliki hexagram dengan ukuran yang sangat besar dan paling terkenal di Israel, Hisam's Palace dibangun oleh Penguasa Muslim Al-Walid bin Yazid yang membangun istananya pada 743 CE.

9.Mesir
Perhatikan simbol hexagram pada logam pemberat timbangan yang hampir pudar,ini berasal dari abad ke 2 SM.
Guci kaca dari Arab ini berasal dari 1000CE.

10.Romawi
Bardo Tunisia, Roman Mosaic
Cyprus, Roman Mosaic
11.Meksiko
Simbol ini di ambil dari Benteng Uxma Maya di Meksiko yang menunjukkan beberapa contoh yang menyerupai hexagram. Para sarjana Mesoamerika menyakini simbol ini mewakili matahari. Benteng Uxma dibangun sekitar 700 CE. Berikut formasi aslinya
dan klik disini untuk zoom in
12.Lebanon
Sebuah cincin dari abad ke 7 SM ditemukan di reruntuhan kota Sidon Fenisia, sayang sekali saya tidak menemukan gambar cincinnya.

13.India
Perisai Kaisar Akbar
Juga di India, Istana Hisam dari Kekaisaran Moghul, Kaisar Akbar (abad ke-16 Masehi) berkuda ke medan pertempuran dengan simbol hexagram pada perisai kebanggaannya.

Masih banyak lagi simbol hexagram, diantaranya ada pada simbol Alchemy dari abad ke 5 hingga ke 17.
hexagram terdiri dari dua segitiga sempurna ini juga mewakili laki laki (segitiga keatas) dan wanita untuk segitiga kebawah. Namun dalam alchemy di abad ke 5-15 selalu diartikan sebagai enam buah planet yang mengelilingi matahari ditengahnya atau mewakili unsur api dan air juga mewakili bumi dan langit.
Simbol Alchemist abad 17
Simbol universal mewakili seni Alchemist bagi Muslim, Kristen dan Yahudi sebagai representasi dari kombinasi berlawanan dan transmutasi.
Kalian pasti kenal simbol ini, ya simbol Freemason di sebuah penginapan Mason di Edinburgh
Kuil Hanuman di Kathamandu dan sebuah hexagram pada pintu bangunan di Istanbul
Dan akhirnya Cincin Sulaiman yang terkenal itu,
Solomon Ring
Waaah ternyata ada banyak tempat yang memiliki simbol hexagram ini dan memiliki banyak nama berbeda pula, begitu juga keyakinan yang dibawanya. Lalu bagaimana dengan Solomon Ring? Pasti banyak yang sudah mengetahuinya, disini saya hanya mengambil garis besarnya saja. Tapi jika saya harus menuliskan kisahnya maka judul tulisan harus saya ubah menjadi "Kuil Kuil Solomon " dan itu membutuhkan waktu agak lama untuk menulisnya.

Sebagian orang mengatakan bahwa ini adalah kisah mitos, yang dimulai ketika Daud membunuh raksasa dari Filistin yaitu Goliath. Daud menjatuhkan Goliath dengan batu bertali dan memenggal kepala raksasa itu. Lalu Daud dipromosikan menjadi komandan pasukan Raja Saul dan menikah dengan wanita dari keluarga raja. Kemudian Saul tewas dalam pertempuran dan Daud menjadi Raja dan mitos yang mengatakan bahwa Tuhan melindungi Daud dalam banyak pertempuran. Simbol Cincin Daud telah diadopsi oleh orang-orang Yahudi untuk mewakili perlindungan atau perisai yang disediakan Allah bagi Daud.
Raja Daud digantikan oleh anaknya Salomo. Mitos kuno menyebutkan bahwa Raja Salomo memiliki cincin berkekuatan magis. Mitos tentang Ring of Solomon terutama dikembangkan oleh penulis Arab yang mengklaim bahwa Allah memberikan cincin itu kepada Salomo. Cincin ini dikatakan memiliki nama Allah terukir di atasnya. Tapi hal ini menimbulkan masalah dengan komunitas Yahudi karena hukum Yahudi melarang orang Yahudi untuk menulis nama Allah. Pada abad Pertengahan Yahudi, legenda Kristen dan Islam percaya bahwa Raja Salomo memerintahkan setan dan berbicara dengan binatang oleh kekuatan cincin.

Suatu kisah narasi Arab menceritakan sisi lain cincin ini, seorang saudara perempuan Sulaiman diperdaya oleh Iblis agar Sulaiman mau memberikan cincin itu padanya(Sakhr) , Sakhr lalu memerintah kerajaan Sulaiman selama empat puluh tahun. Sedangkan Sulaiman sendiri pergi mengembara ke tanah yang miskin. Suatu ketika Sakhr membuang cincin ini ke laut untuk suatu alasan yang tidak diketahui, lalu seekor ikan memakan cincin ini dan seorang nelayan menangkapnya tanpa sengaja, ketika dilihatnya ada cincin Sulaiman didalam perut ikan, nelayan itu pun mempersembahkan cincin itu kembali kepada Sulaiman. Mengetahui cincinnya telah ditemukan dalam perut seekor ikan, Sulaiman lalu kembali ke Kerajaan dan menghukum Sakhr. Ia meminta Sakhr membangun sebuah Masjid yang disebut Masjid Agung Sulaiman.

Apakah benar begitu asal usul Simbol Bintang David ini? sebab ada banyak versi yang mengulasnya. Kebenaran kembali ke tangan anda.

Jumat, 20 Agustus 2010

The Kingdom of Hastinapura

the wayang world, many prominent figures such as kings, queens, warriors, priests/ascetics (Resi, Begawan, Wiku) were the children or the descendants of gods. In the ancient Javanese legends, god Guru himself and his brothers and sons had descended in Java and built the first kingdoms of ancient Java in several places. No wonder they had strong supernatural power (sakti) and were able to do miracles. Betara Guru was the first king of Medang Kamulan, his name was Sri Raja Mahadewabuda. (Medang Kamulan means a place where people worship the Holy Creator who has created the beginning of life)

Betara Guru or Sang Hyang Manikmaya, the son of Sang Hyang Tunggal, the grand-son of Sang Hyang Wenang was the king of all gods and lived in the abode of gods, Suralaya. He was also assigned by his father as the power holder of the universe.

He was very wise and had a very refined behavior. But sometimes he behaved like ordinary human-beings, he also made mistakes. A Guru (teacher) had to act carefully, politely and wisely, otherwise he could do something which was harmful to others and to himself. For his misdeeds, he had received appropriate punishment. He had no perfect body anymore. He had weak legs, four arms, skin blemish on his neck and a tusk in his mouth as predicted by his father. When he was young Sang Hyang Tunggal had told him that he would had some physical defects if he did not behave in a good manner. He regretted very much his mistakes.
Batara Guru Sons
Betara Sambu

Betara Brama, the ancestor of Pendawa & Korawa

Betara Indra

Betara Bayu

Betara Wisnu the ancestor of Pendawa & Korawa
Betara Kala

Betara Sakra or Indra

Betara Mahadewa

Betara Asmara

Anoman

Having a tusk lika a giant was a curse from his wife, Dewi Uma, because he could not control his lust. Dewi Uma as a goddess should not curse as it was against the wise teachings. Once he forced to make love with his wife in an unproper place, as the result: a scary god-giant, Kala was born. Kala always disturbed the peaceful life of human-beings (see: Ruwatan Murwakala).

Other time, he could not stop his desire, seeing a half-naked Anjani bathing in a lake. Anoman, a white monkey was born, luckily Anoman turned to be a wise monkey. Despite his human mistakes, he had done many positive things to preserve a good and correct life in the universe.

From the above family tree, two of his ten sons, Brama and Wisnu, were the ancestors of the nobility in Hastinapura. Raden Bremani, the third son of Brama, a knight who dedicated his life to ascetism (Satrio Pinandito) married with Dewi Srihunon, a Wisnu’s daughter.

From a pair of good parents, a son of noble character, Bambang Parikenan was born. All Parikenan’s descendants, were wise ascetics. They dedicated their lives for the holy things, Samadi (meditations) to preserve the world for the welfare of mankind. Resi Manumayasa, Resi Sakutrem, Resi Sakri, Palasara and Abiyasa, they lived in the retreat/Padepokan of Satasrengga.

One day Abiyasa or Kresna Dwipayana was called by his mother Satyawati or Durgandini to become a king of Hastinapura, after her two sons with Sentanu, Citragada and Citrasena died without having any child. The kings/rulers of Hastinapura were:

1. Prabu Dipakeswara/Palasara, (see the kingdom of Wirata)
2. Sentanu
3. Kresna Dwipayana/Abiyasa
4. Pandu Dewanata
5. Destarata-Viceroy
6. Duryudana-Ruler de Facto and Crown-Prince
7. Yudistira (after Baratayuda)
8. Parikesit

Abiyasa, who had been accustomed to live in self-denial, a just, sakti and wise man, had no difficulty to be a ruler. Under Kresna Dwipayana, the kingdom of Hastinapura was prosperous and respected by many other kingdoms.

He had three sons Destarata, Pandu and Widura. (see also Mahabrata). They had been educated thoroughly well in ethic, martial art and the teaching of holy Wedha etc. Three of them had been given good and responsible position in the palace and they had married and had their own children.

Destarata, the eldest son was blind. In accordance with the traditional court regulation (Paugeran), he was not entitled to succeed his father as a king. The choice went to Pandu Dewanata, the second son. After everything had been arranged properly and he believed that Pandu could manage wisely the Kingdom of Hastinapura, Abiyasa decided to Seleh Keprabon. (seleh-to resign permanently; keprabon from Prabu means king) to resign permanently as king of Hastinapura and he would live as a hermit and did not want to involve in state affaires anymore. (some other kings, they did Lengser Keprabon, that’s mean the kings resign for a certain period of time, one or two years, in order to seek purification and then they would return to power again). Abiyasa did seleh keprabon not lengser keprabon.
The kings/rulers of Hastinapura
1. Prabu Dipakeswara / Palasara

2. Sentanu

3. Kresna Dwipayana / Abiyasa

4. Pandu Dewanata
5. Destarata-Viceroy

6. Duryudana-Ruler de Facto and Crown-Prince

7. Yudistira (after Baratayuda)

8. Parikesit

Destarata married Gendari, the elder sister of Sengkuni. In fact Gendari wished to marry Pandu but she was rejected. He was very jealous to Pandu’s wives-Kunti Talibrata and Madrim. She vowed that her children (Korawa) won’t be in a good term forever with Pandu’s sons (Pendawa). A move which had been executed gladly by Sengkuni, Duryudana and his brothers and their cronies.

Kunti Talibrata was a sakti princess of Mandura, the aunt of Kresna, she was a younger sister of king Basudewa, Kresna’s father. Widura married Padmarini, the daughter of King Dipakendra of Pangombakan. He got a son, Sanjaya and two daughters, Padmasari and Padmawati.

Pandu Dewanata had destined to have a short live, he died at young age. His soul was snatched by Yamadipati, the god of death while Pandu was making love with Madrim, his younger wife. Abiyasa was very angry to gods, he went to Kahyangan (the abode of gods). He asked gods to revive Pandu, otherwise he would run amok.

The gods were worried if Abiyasa ran amok, he should ruin easily the Kahyangan. At last he could be persuaded by Guru telling that Pandu’s death was in accordance with destiny. No one including gods could not help. As a reward, Pandu was assigned as god, who took care the Crator-Kawah Candradimuka in heaven.

The legitimate heir of the throne was Pandu’s eldest son, as in accordance with Paugeran (traditional court customs and regulation). But Puntodewa was still a kid. Destarata was assigned as a viceroy of Hastinapura, waiting Puntadewa to be an adult. It was the beginning of the catastrophe in Hastinapura.

Hastinapura under Destarata and Duryudana

Advisers : Bisma, Durna, Widura, Krepa
Prime Minister : Sengkuni
Adc to Destarata : Sanjaya
Loyal followers/supporters : Karna-Viceroy of Awangga.
Burisrawa-son of Salya, King of Mandaraka
Aswatama-son of Durna

Destarata, as a proxy of Pandu’s small boy tried hard to treat equally his children and his nephews, the Pendawa. But he was too weak toward Duryudana, who felt as a Crown-Prince, moreover the defacto ruler of Hastinapura. He had the right to do anything including to eliminate Pendawa. He would not accept any advice in favor of Pendawa. His strongest supporter was the dirty Sengkuni, his uncle and Prime Minister. Durna to some extent tried to defend Pendawa. But he was afraid to lose his position. Anyhow he loved very much Arjuna-his best student. Duryudana married Banowati, a princess of Mandaraka (see the kingdom of Mandaraka-Dewi Banowati) Dursilawati, the only girl of Korawa, married Jayadrata or Tirtanata, the adopted son of king Begawan Sapwani of Banakeling.

In fact, he was transformation from baby Bratasena’s wrapper. Bratasena was born covered by leather wrapper. It was difficult to tear the wrapper. With the advice of Batara Bayu and Dewi Uma, an elephant by the name of Situ Sena could tear the wrapper. All of a sudden, a strong wind pushed away the wrapper. It fell on the lap of Sapwani, who had no child. With his strong magic, he transformed the leather wrapper to be a baby boy-Jayadrata or Tirtawinata.

When Jayadrata had grown-up, Sapwani, a powerful and wise priest told him to go to Hastinapura to find Bima, his brother. Jayadrata was cheated by Sengkuni and Durna, telling him that Bima had died and he was advised to see Duryudana. They said that as a strong and good-looking ksatria, Duryudana should take him as his brother-in-law. Duryudana agreed with his advicers’ proposal, Jayadrata was a potential fighter as big as Bima.

The wedding between Jayadrata and Dursilawati was not smooth as scheduled. Dursilawati was kidnapped by Gajah Putih, a messenger of Durga, Arjuna could save her. Jayadrata told his father the whole story. Sapwani was displeased, his inexperience son, Jayadrata was trapped by Korawa. It was a destiny, he could do nothing. In Baratayuda, he took part in the dreaful killing of Abimanyu. He was a good fighter who always been protected by Sapwani. Kresna knew the secret. Jayadrata and Saprani died together in the hands of Arjuna. Dursasana was another mighty Korawa. He was impolite, had no respect to other, always put down Pendawa. However he asked a help from Arjuna to marry him with Sartini from Srawantipura.

Drupati and Bima never forgot the way Dursasana humiliated Drupadi. He tried to undress her in front of the public. Drupadi was saved by Batara Darma, the god of justice. She vowed that she would never wear a breat-cloth if not made from Dursasana skin. In Baratayuda, he was assasinated by Bima. Durmagati, Citraksa and Citraksi, the killers of Abimanyu were killed by Arjuna in Baratayuda. Aswatama and Kartamarma were killed shortly after Baratayuda. All the elite forces of Korawa were killed in Baratayuda-a final war between evil and truth (see Baratayuda).

Hastinapura under Prabu Darmakusuma or Yudistira

After the Baratayuda, Yudistira or Prabu Darmakusuma took back his legitimate throne. He reigned the country justly and wisely. He treated with high and honest respect his uncle Destarata and his aunt Gendari. Both of them lived together with Pendawa’s mother Kunti Talibrata in the palace of Hastinapura. They were honored as the Pini Sepuh (elderly respected people) of Hastinapura. Let bygone be bygone. The bad things, which had happened in the past, should be completely forgotten. They loved each other, as it was supposed to be, preparing for brighter, happy future. The grand-children of Pendawa were intensively prepared to continue to reign the kingdom. The three Pini Sepuh lived in a retreat for purification until the end of their time. Then Parikesit was coronated as the new king. Drupadi and the five Pendawa, faithfully followed the ancient traditional teaching of Ilmu Sejati (True knowledge) decided to return to where they belong.

Hastinapura under Parikesit

Parikesit was throned as the new king of Hastinapura, his official name was Prabu Kresna Dwipayana, in honor of his great great grand-father Abiyasa or Kresna Dwipayana. With this name he was determined to follow the perfect examples of his great great grand-father to be a wise and just ruler of the country. Flanked by his loyal and brilliant court executives, he reigned Hastinapura to have progress in every aspect of life. The people lived happily, mentally and materially in a just and prosperous society.

Parikesit was brought up by his widowed mother Dewi Utari. She never married again, dedicated her life to take care of her only son. Baladewa was also a protector of Parikesit and of course the Pendawa. The elder generation who had a very long age witnessing Parikesit coronation were Abiyasa and the king of Wirata, Utari’s father. There was no riot nor war during his tenure. Jayawikata, the son of Jayadrata with the help from the kingdoms of Trajutresna, Simbar Manyura and Guwabarang, tried to disturb Hastinapura. But they could be defeated soon. Jayawikata was captured by Dwara and got a dead penalty. Hastinapura under Kresna Dwipayana became one of the exemplary strong, just and prosperous countries to many people of Java.

The kings after Parikesit were his descendants:

1. Yudayana
Gendrayana
2. Prabu Jayabaya, the king of Mamenang, Kediri, East-Java.

Since Jayabaya, the name of the wayang was wayang Madya. Previously including Ramayana and Mahabarata was called wayang Purwa.